Gerakan Mahasiswa : Antara Sejarah dan Realitas
Sejarah panjang telah mencatat bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 menjadi suatu karya monumental yang seolah membius wilayah rasa kita ketika mengenangnya. Bukannya tanpa alasan, gerakan tersebut mampu menumbangkan rezim Soeharto atau Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun.
Tuntutan mundurnya Soeharto atau Orde Baru menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.
Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa, terutama setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada 4 Mei 1998.
Dengan mengusung Agenda reformasi yang menjadi tuntutan utama di kalangan aktivis mahasiswa berhasil menyatukan persepsi gerakan berbagai elemen organisasi dan kampus, unsur inilah yang kemudian menjadi pendukung utama mengapa gerakan 1998 bisa menjadi sangat kuat.
Sejarah inilah yang ingin kembali di bangkitkan oleh kalangan mahasiswa hari ini. Di kampus-kampus besar seperti Universitas Muslim Indonesia (UMI) sendiri gerakan gerakan konseptual yang konsisten tidak lagi menjadi tren di masa kini, sebagian besar mahasiswa lebih senang menghabiskan waktunya dengan nuansa hedonis dan tidak malu lagi menampakkan identitas sebagai mahasiswa apatis.
Gerakan 1998 yang telah melambungkan sejarah mahasiswa kini seolah telah tenggelam di gantikan oleh kehidupan maya yang penuh dengan gemerlap media sosial.
Tidak ada lagi riak riak Hidup Mahasiswa… Hidup Rakyat dari dalam gerbang kampus hijau yang namanya turut membuat sejarah yaitu April Makassar Berdarah (AMARAH) yang hingga kini mulai dilupakan.
Semuanya telah digantikan oleh riuh sesak jadwal kuliah yang semakin padat meski dengan kurikulum yang tidak jelas. Belum lagi intervensi birokrasi kampus yang seakan alergi dengan gerakan Mahasiswa.
Inilah yang harus menjadi renungan untuk kita semua, terkhusus kaum organisatoris yang saat ini menjadi harapan terakhir penggerak roda sejarah untuk mengulang kembali sejarah besar mahasiswa yang telah di ukir oleh senior senior kita terdahulu.
Perbedaan tidak boleh lagi menjadi pemecah, karena bangsa Indonesia bisa besar dengan bhineka tunggal ika, maka tak adalagi alasan untuk saling terpecah dengan perbedaan bendera primordial, karena faktor itulah sehingga gaung gerakan kita hanya sebatas gertakan kecil tak terasa.
Sudah saatnya kita menyatukan gerakan dan bergerak atas nama rakyat, karena sudah terlalu lama kita semua di bius dengan gas keputusasaan, bahwa zaman tak lagi berpihak kepada aktivis dan rakyat tertindas.
Fajar Rakasiwi (Mahasiswa FE UMI Semester AKHIR)
•AKMM
#SalamSahabatUMI
0 comments:
Post a Comment